”Janganlah
kamu mengatakan, ’Seandainya aku mengerjakan ini niscaya akan begini dan
begitu’. Akan tetapi katakanlah,
’Semuanya itu telah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki itu pasti
terjadi’. Sesungguhnya kata ’seandainya’
akan membuka pintu perbuatan syetan” (HR
Muslim)
Ada suatu kisah menarik
yang menggambarkan dengan jelas bahwa orang yang sering komplain adalah orang
yang tidak mau bersyukur dan tidak mau mengambil pelajaran positif dari setiap kejadian. Kisah ini saya nukil dari negeri Cina yang
terjadi beberapa abad lalu. Alkisah, hiduplah seorang petani tua di sebuah desa
bersama dengan istri dan seorang anak laki-lakinya yang tampan lagi gagah. Kebetulan, petani ini memiliki dan memelihara
seekor kuda jantan berwarna putih yang sangat gagah perkasa. Saking hebat dan bagusnya kuda putih ini,
maka semua orang yang melihatnya merasa kagum dan memujinya. Sang petani begitu bangga dengan kuda
kesayangannya tersebut. Setiap hari kuda
tersebut dimandikan, dirawat dan diberi makan yang istimewa layaknya anaknya
sendiri.
Suatu pagi, ketika akan
membuka kandang kudanya, alangkah terkejutnya ia melihat kudanya telah
hilang. Kemudian ia berteriak kepada
orang-orang desa dan menceritakan bahwa kudanya telah hilang, ”sunguh sial
nasib saya, kuda kesayangan saya hilang...”, keluh petani ini. Maka
berbondong-bondonglah orang-orang desa membantunya mencari kuda tersebut ke
berbagai pelosok desa bahkan hingga ke hutan.
Tetapi, hingga sore hari tidak ditemukan juga. Kembalilah orang-orang desa ke rumah mereka
masing-masing.
Tiba-tiba, di penghujung
sore, terdengarlah ringkikan beberapa ekor kuda di kandang si petani
tersebut. Rupa-rupanya, kudanya yang
hilang tadi pergi ke tengah hutan dan bergabung dengan teman-temannya, kemudian
ia pulang membawa 4 ekor temannya masuk ke kandang. Sang petani tersenyum sambil bergumam, ”kuda
pintar, kini aku memiliki 5 ekor kuda... maka aku menjadi kaya hari
ini...”.
Esok harinya, sang petani
bercerita bahwa ia kini memiliki 5 ekor kuda yang gagah-gagah, 4 diantaranya
masih merupakan kuda liar yang dibawa oleh kuda putihnya. Siang hari, anak sang petani menaiki satu
ekor kuda liar dan kuda tersebut berontak hingga anak sang petani terjatuh
hingga jempol kaki kanannya putus.
Kembali sang petani mengeluh, ”Sungguh sial nasib saya, hari ini anak
saya terluka dan harus kehilangan jempol kakinya karena kuda berengsek itu...”.
Beberapa hari setelah
kejadian itu, pecahlah perang di negara yang didiami oleh sang petani
tersebut. Berhubung negara membutuhkan
tenaga tambahan prajurit, maka setiap rumah wajib mengirimkan anak laki-lakinya
untuk ikut program Wajib Militer.
Datanglah satu kompi tentara ke desa petani tersebut dan memeriksa
setiap rumah untuk mengambil anak laki-laki dari desa tersebut, termasuk anak
laki-laki si petani ini. Saat itu, si
petani kembali mengeluh, ”sungguh sial nasib saya, anak laki satu-satunya
harus dibawa oleh tentara untuk ikut perang... ooh Tuhan, mengapa sial sekali
hidup saya ? Bagaimana nanti jika anak saya mati di medan perang ?...”
Ketika bertempur di medang
perang, pasukan terdesak oleh serangan musuh, hingga akhirnya mereka melarikan
diri ke tengah-tengah hutan. Tiada yang
menyangka bahwa hutan itu didiami oleh suku primitif yang masih menganut model
kanibalisme. Maka dari sekian tentara
yang selamat, termasuk salah satunya anak petani tadi, tertangkaplah mereka
oleh suku primitif tersebut. Mereka semua
dikerangkeng untuk dipersiapkan dalam suatu pesta BBQ (baca: barbeque = sate
dan ”orang guling”).
Sebelum dijadikan bahan
panggangan, mereka diberikan waktu satu minggu untuk dibuat gemuk. Dalam masa itu, mereka diberikan kesempatan
untuk menulis surat kepada keluarga mereka.
Maka sang anak petani tadi, menulis surat kepada ayahnya dan
menceritakan kondisinya kini, ”Ayah, aku tidak tewas di medan perang... aku
sehat-sehat saja... tetapi sekarang aku sedang dikerangkeng oleh suku primitif
di tengah hutan untuk dipanggang dan dijadikan santapan makan malam mereka
nanti...”.
Membaca surat tersebut,
maka sang petani menangis dan kembali mengeluh, ”Sungguh sial nasibku ini...
anak laki-laki satu-satunya diambil tentara, bukannya mati membela negara,
malahan mati disantap suku primitif... ooohh Tuhan, mengapa sungguh malang
nasibku ini ?”.
Hari yang ditakutkan tiba,
seluruh tawanan dikeluarkan satu per satu dari kerangkeng untuk mulai di
panggang di atas bara api yang telah disiapkan.
Sebelum dipanggang, maka ketua suku berkenan memeriksa satu persatu
kondisi fisik mereka. Salah satu hal
yang tabu bagi suku ini adalah memakan santapan yang kondisi fisiknya tidak
lengkap, maka selamatlah anak sang petani tadi karena jempol kakinya tidak ada.
”Sesungguhnya
manusia diciptakan dengan memiliki sifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, maka ia
berkeluh kesah (komplain), dan apabila ia mendapat kebaikan maka ia berlaku
amat kikir”
(Al
Ma’aarij : 19-21)
Saudara, apapun kondisi
yang Anda alami, maka jauhkanlah komplain, mengeluh dan putus asa, karena ia
bukan bagian dari akhlak Islam yang mulia.
Syukur atas segala kejadian adalah lebih utama. Lebih baik Anda pikirkan sisi positif dan
mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa Anda. Yakinlah, bahwa setiap kejadian memiliki
hikmah tersendiri yang dapat menjadi pelajaran berarti bagi kemajuan Anda
kelak.
Mulai hari ini, stop
komplain, stop melempar kesalahan pada orang lain dan lingkungan Anda. Sebaliknya, mulailah membiasakan diri untuk
melakukan introspeksi terlebih dahulu. Biasakanlah untuk menyatakan tanggung
jawab secara total terhadap apapun yang terjadi pada hidup dan kehidupan
Anda.
Jika Anda terus-menerus
melakukan komplain dan mencari-cari alasan dan kesalahan pada pihak lain, maka
Anda tidak akan mencapai tangga-tangga menuju keberhasilan. Jika Anda ingin menjadi seorang yang sukses,
berhasil dan selalu menjadi juara dalam kehidupan Anda, maka mulailah biasakan
untuk mengakui kebenaran sebuah prinsip yang menyatakan bahwa Andalah yang bertanggung
jawab terhadap hidup dan kehidupan Anda.
Catet nihhh:
v Anda sendirilah yang telah mengambil keputusan untuk
memilih teman Anda bergaul saat ini
v Anda sendirilah yang telah mengambil keputusan untuk tidak
berolahraga
v Anda sendirilah yang telah mengambil keputusan untuk hidup
dengan gaya yang tidak sehat
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk belajar
mendadak sebelum ujian
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk banyak
bermain-main dan malas belajar
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk bekerja di
tempat sekarang Anda bekerja
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk tidak bekerja
secara optimal sehingga prestasi Anda biasa-biasa saja
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk malas belajar
dan membaca Al-Qur’an, tidak mau menghafalnya dan tidak pernah merenungi isinya
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk melakukan
semuanya dalam hidup Anda... Orang lain memang memiliki pengaruh, tetapi total
keputusan ada di tangan Anda. Jadi
Andalah yang bertanggung jawab terhadap hidup dan kehidupan Anda.
No comments:
Post a Comment