Saturday, 21 January 2017

Enak Bersyukur atau Mengeluh



 ”Janganlah kamu mengatakan, ’Seandainya aku mengerjakan ini niscaya akan begini dan begitu’.  Akan tetapi katakanlah, ’Semuanya itu telah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki itu pasti terjadi’.  Sesungguhnya kata ’seandainya’ akan membuka pintu perbuatan syetan” (HR Muslim)


Ada suatu kisah menarik yang menggambarkan dengan jelas bahwa orang yang sering komplain adalah orang yang tidak mau bersyukur dan tidak mau mengambil pelajaran  positif dari setiap kejadian.  Kisah ini saya nukil dari negeri Cina yang terjadi beberapa abad lalu. Alkisah, hiduplah seorang petani tua di sebuah desa bersama dengan istri dan seorang anak laki-lakinya yang tampan lagi gagah.  Kebetulan, petani ini memiliki dan memelihara seekor kuda jantan berwarna putih yang sangat gagah perkasa.  Saking hebat dan bagusnya kuda putih ini, maka semua orang yang melihatnya merasa kagum dan memujinya.  Sang petani begitu bangga dengan kuda kesayangannya tersebut.  Setiap hari kuda tersebut dimandikan, dirawat dan diberi makan yang istimewa layaknya anaknya sendiri.

Suatu pagi, ketika akan membuka kandang kudanya, alangkah terkejutnya ia melihat kudanya telah hilang.  Kemudian ia berteriak kepada orang-orang desa dan menceritakan bahwa kudanya telah hilang, ”sunguh sial nasib saya, kuda kesayangan saya hilang...”, keluh petani ini. Maka berbondong-bondonglah orang-orang desa membantunya mencari kuda tersebut ke berbagai pelosok desa bahkan hingga ke hutan.  Tetapi, hingga sore hari tidak ditemukan juga.  Kembalilah orang-orang desa ke rumah mereka masing-masing. 

Tiba-tiba, di penghujung sore, terdengarlah ringkikan beberapa ekor kuda di kandang si petani tersebut.  Rupa-rupanya, kudanya yang hilang tadi pergi ke tengah hutan dan bergabung dengan teman-temannya, kemudian ia pulang membawa 4 ekor temannya masuk ke kandang.  Sang petani tersenyum sambil bergumam, ”kuda pintar, kini aku memiliki 5 ekor kuda... maka aku menjadi kaya hari ini...”. 

Esok harinya, sang petani bercerita bahwa ia kini memiliki 5 ekor kuda yang gagah-gagah, 4 diantaranya masih merupakan kuda liar yang dibawa oleh kuda putihnya.  Siang hari, anak sang petani menaiki satu ekor kuda liar dan kuda tersebut berontak hingga anak sang petani terjatuh hingga jempol kaki kanannya putus.  Kembali sang petani mengeluh, ”Sungguh sial nasib saya, hari ini anak saya terluka dan harus kehilangan jempol kakinya karena kuda berengsek itu...”. 

Beberapa hari setelah kejadian itu, pecahlah perang di negara yang didiami oleh sang petani tersebut.  Berhubung negara membutuhkan tenaga tambahan prajurit, maka setiap rumah wajib mengirimkan anak laki-lakinya untuk ikut program Wajib Militer.  Datanglah satu kompi tentara ke desa petani tersebut dan memeriksa setiap rumah untuk mengambil anak laki-laki dari desa tersebut, termasuk anak laki-laki si petani ini.  Saat itu, si petani kembali mengeluh, ”sungguh sial nasib saya, anak laki satu-satunya harus dibawa oleh tentara untuk ikut perang... ooh Tuhan, mengapa sial sekali hidup saya ? Bagaimana nanti jika anak saya mati di medan perang ?...”

Ketika bertempur di medang perang, pasukan terdesak oleh serangan musuh, hingga akhirnya mereka melarikan diri ke tengah-tengah hutan.  Tiada yang menyangka bahwa hutan itu didiami oleh suku primitif yang masih menganut model kanibalisme.  Maka dari sekian tentara yang selamat, termasuk salah satunya anak petani tadi, tertangkaplah mereka oleh suku primitif tersebut.  Mereka semua dikerangkeng untuk dipersiapkan dalam suatu pesta BBQ (baca: barbeque = sate dan ”orang guling”). 

Sebelum dijadikan bahan panggangan, mereka diberikan waktu satu minggu untuk dibuat gemuk.  Dalam masa itu, mereka diberikan kesempatan untuk menulis surat kepada keluarga mereka.  Maka sang anak petani tadi, menulis surat kepada ayahnya dan menceritakan kondisinya kini, ”Ayah, aku tidak tewas di medan perang... aku sehat-sehat saja... tetapi sekarang aku sedang dikerangkeng oleh suku primitif di tengah hutan untuk dipanggang dan dijadikan santapan makan malam mereka nanti...”. 
Membaca surat tersebut, maka sang petani menangis dan kembali mengeluh, ”Sungguh sial nasibku ini... anak laki-laki satu-satunya diambil tentara, bukannya mati membela negara, malahan mati disantap suku primitif... ooohh Tuhan, mengapa sungguh malang nasibku ini ?”. 

Hari yang ditakutkan tiba, seluruh tawanan dikeluarkan satu per satu dari kerangkeng untuk mulai di panggang di atas bara api yang telah disiapkan.  Sebelum dipanggang, maka ketua suku berkenan memeriksa satu persatu kondisi fisik mereka.  Salah satu hal yang tabu bagi suku ini adalah memakan santapan yang kondisi fisiknya tidak lengkap, maka selamatlah anak sang petani tadi karena jempol kakinya tidak ada.

”Sesungguhnya manusia diciptakan dengan memiliki sifat keluh kesah lagi kikir.  Apabila ia ditimpa kesusahan, maka ia berkeluh kesah (komplain), dan apabila ia mendapat kebaikan maka ia berlaku amat kikir”
(Al Ma’aarij : 19-21)

Saudara, apapun kondisi yang Anda alami, maka jauhkanlah komplain, mengeluh dan putus asa, karena ia bukan bagian dari akhlak Islam yang mulia.  Syukur atas segala kejadian adalah lebih utama.  Lebih baik Anda pikirkan sisi positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa Anda.  Yakinlah, bahwa setiap kejadian memiliki hikmah tersendiri yang dapat menjadi pelajaran berarti bagi kemajuan Anda kelak.                

Mulai hari ini, stop komplain, stop melempar kesalahan pada orang lain dan lingkungan Anda.  Sebaliknya, mulailah membiasakan diri untuk melakukan introspeksi terlebih dahulu. Biasakanlah untuk menyatakan tanggung jawab secara total terhadap apapun yang terjadi pada hidup dan kehidupan Anda. 

Jika Anda terus-menerus melakukan komplain dan mencari-cari alasan dan kesalahan pada pihak lain, maka Anda tidak akan mencapai tangga-tangga menuju keberhasilan.  Jika Anda ingin menjadi seorang yang sukses, berhasil dan selalu menjadi juara dalam kehidupan Anda, maka mulailah biasakan untuk mengakui kebenaran sebuah prinsip yang menyatakan bahwa Andalah yang bertanggung jawab terhadap hidup dan kehidupan Anda. 

Catet nihhh:

v  Anda sendirilah yang telah mengambil keputusan untuk memilih teman Anda bergaul saat ini
v  Anda sendirilah yang telah mengambil keputusan untuk tidak berolahraga
v  Anda sendirilah yang telah mengambil keputusan untuk hidup dengan gaya yang tidak sehat
v  Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk belajar mendadak sebelum ujian
v  Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk banyak bermain-main dan malas belajar
v  Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk bekerja di tempat sekarang Anda bekerja
v Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk tidak bekerja secara optimal sehingga prestasi Anda biasa-biasa saja
v  Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk malas belajar dan membaca Al-Qur’an, tidak mau menghafalnya dan tidak pernah merenungi isinya
v  Anda sendirilah yang telah memutuskan untuk melakukan semuanya dalam hidup Anda... Orang lain memang memiliki pengaruh, tetapi total keputusan ada di tangan Anda.  Jadi Andalah yang bertanggung jawab terhadap hidup dan kehidupan Anda.


No comments:

Post a Comment